وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيط
"…Jika
kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka (Yahudi)
sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah
mengetahui segala apa yang mereka kerjakan." [QS. Ali 'Imran: 120]
Kalimat-kalimat
ini kami tulis saat Zionis Yahudi kembali dirasuki Iblis dalam
kezhalimannya, tatakala mereka seolah kesetanan dalam membantai,
melumuri Palestin dengan darah-darah mukminin, bahkan dengan pongahnya
mereka menyiapkan Gaza sebagai kuburan masal bagi rakyatnya yang mati
kelaparan karena bantuan kemanusiaan yang senantiasa mereka gerayangi di
tengah jalan.
Lalu, apakah yang bisa kita
perbuat untuk saudara-saudara kita di sana? Bukankah janji Allah benar
adanya? Bukankah Dia pasti menolong orang-orang yang beriman, apalagi
jika mereka dalam keadaan tertindas dan terzhalimi? Bukankah pelaku
kezhaliman tersebut adalah suatu kaum yang mana al-Qur-an dipenuhi
dengan gambaran buruk tentang sifat mereka?
Hendaknya kita merenung akan kehinaan ini, yang silih berganti senantiasa menjadikan kita (kaum muslimin) sebagai pecundang.
Namun
seorang mukmin sejati tak akan berprasangka buruk kepada al-Khaaliq
dengan meragukan kejujuran janji-Nya. Maka jari tuduhan—sebagai
biangkerok dari keterpurukan ini—, tidak pantas diarahkan kepada
siapapun sebelum kepada diri kita sendiri (kaum muslimin). Dikarenakan
banyaknya dosa yang kita perbuat, disebabkan jauhnya kita dari JALAN
TAQWA dan KESABARAN di atasnya.
Hendaknya kita
pahami, bahwa kita semua—tidak terkecuali yang tidak memiliki kemampuan
untuk menolong Palestina secara fisik dan materi—memiliki kewajiban
yang sama untuk menolong kaum muslimin Palestina dengan ketaqwaan dan
munajat kita kepada Allah.
KATA KUNCINYA; “TAQWA” & “SABAR DI ATAS TAQWA”
Allah menjanjikan kepada kita:
وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
"…Jika
kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak
mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala
apa yang mereka kerjakan." [QS. Ali 'Imran: 120]
Imam
Ibnu Jarir ath-Thobari dalam tafsirnya (Tafsir ath-Thobari: 7/159, Cet.
Maktabah Ibnu Taimiyah) menegaskan bahwa yang dimaksud "tipu daya
mereka" dalam ayat di atas adalah "tipu daya Yahudi". Selanjutnya dalam
tafsir ayat berikutnya, beliau mengucapkan kalimat emas yang memperjelas
makna "bersabar" dan "bertaqwa":
وإن
تصبروا وتتقوا لا يضرُّكم، أيها المؤمنون، كيد هؤلاء الكفار من اليهود
شيئًا، ولكن الله ينصرُكم عليهم إن صبرتم على طاعتي واتباع أمر رسولي، كما
نصرتكم ببدر وأنتم أذلة. وإن أنتم خالفتم، أيها المؤمنون، أمري ولم تصبروا
على ما كلفتكم من فرائضي، ولم تتقوا ما نهيتكم عنه وخالفتم أمري وأمر
رسولي، فإنه نازل بكم ما نزل بكم بأحُد
"Jika
kalian bersabar dan bertaqwa wahai orang-orang mukmin, niscaya tidak
akan memudharatkan kalian sedikitpun, tipu daya mereka orang-orang kafir
dari kalangan Yahudi. Hanya saja Allah akan menolong kalian atas
mereka, jika kalian tetap bersabar di atas ketaatan kepada-Ku dan
mengikuti perintah Rasul-Ku, sebagaimana Aku telah menolong kalian pada
Perang Badr padahal saat itu kalian dalam keadaan lemah (sedikit). Namun
jika kalian, wahai orang-orang yang beriman, menyelisihi perintah-Ku
dan kalian tidak bersabar pada apa-apa yang telah Aku wajibkan atas
kalian, dan kalian tidak bertaqwa dari apa-apa yang Aku larang, dan
kalian menyelisihi perintah-Ku dan perintah Rasul-Ku, maka akan turun
kepada kalian (bencana kekalahan) sebagaimana yang telah menimpa kalian
pada Perang Uhud".
Pada Perang Uhud kaum
muslimin ditimpa oleh bencana yang memilukan. Allah menegaskan bahwa
bencana tersebut disebabkan oleh tergelincirnya sebagian kaum mukminin
pada saat itu dari jalan taqwa. Mereka tidak bersabar dalam menaati
perintah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam
yang menyuruh pasukan pemanah untuk tetap siaga di atas Uhud sebagai
benteng pertahanan utama dari serangan musuh dari arah belakang. Mereka
tidak bisa bersabar melihat kemenangan yang telah di depan mata dan
ghanimah yang mulai dikumpulkan. Akibatnya, turunlah teguran Allah
berupa pukulan telak dari musuh yang datang menyerbu dari balik punggung
mereka.
Dalam ayat yang lain Allah menegaskan:
بَلَى
إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا
يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آَلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ
مُسَوِّمِينَ
“Ya.
Jika kalian bersabar dan bertaqwa, dan mereka menyerang kalian dengan
seketika, niscaya Allah akan menolong kalian dengan (menurunkan) lima
ribu Malaikat yang memakai tanda.” [QS. Ali 'Imran: 125]
Imam
al-Hasan al-Bashri rahimahullah mengomentari ayat di atas dengan
kalimat yang sungguh-sungguh memberikan optimisme dahsyat bagi kita
semua yang mencita-citakan kemenangan Islam:
وَهَؤُلاَءِ الْخَمْسَةُ آلاَفٌ رِدْءُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“(Pertolongan
Allah yang mengutus) Lima ribu (bala tentara) Malaikat ini, merupakan
pertolongan bagi orang-orang mukmin (yang akan tetap ada) hingga hari
kiamat.” [Dinukil dari tafsir Imam al-Baghowi, Ma'aalimut Tanziil:
1/412, Cet. Daarut Thayyibah 2002].
Lebih
lanjut Imam al-Baghowi (wafat 516 H) menukil ucapan para ulama yang
berpendapat bahwa pertolongan Allah dalam wujud bala tentara Malaikat
ini merupakan janji Allah bagi kaum muslimin dalam setiap jihad
(peperangan) mereka, dan telah menjadi kenyataan pada Perang Badr dan
Perang Ahzaab. Tentu saja pertolongan dari bala tentara Malaikat
tersebut mempersyaratkan 2 hal; taqwa dan sabar di atas taqwa,
sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas.
Lebih
khusus berbicara tentang pertolongan Allah bagi kaum muslimin terhadap
orang-orang Yahudi, adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam
Shahih-nya (no. 3808) dari 'Aisyah radhiallahu'anha:
لَمَّا
رَجَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْخَنْدَقِ
وَوَضَعَ السِّلَاحَ وَاغْتَسَلَ أَتَاهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام
فَقَالَ قَدْ وَضَعْتَ السِّلَاحَ وَاللَّهِ مَا وَضَعْنَاهُ فَاخْرُجْ
إِلَيْهِمْ قَالَ فَإِلَى أَيْنَ قَالَ هَا هُنَا وَأَشَارَ إِلَى بَنِي
قُرَيْظَةَ...
“Tatkala Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam
kembali dari Khandaq (Perang Ahzaab), dan beliau menanggalkan
persenjataannya kemudian mandi. Kemudian datanglah Jibril 'alaihissalam
kepada beliau seraya berkata: 'Engkau telah meletakkan senjata,
sementara—demi Allah—kami (para Malaikat) tidak meletakkannya. Keluarlah
kembali menuju mereka (untuk berperang)! Nabi r berkata: 'Keluar ke
mana?' (karena tentara kafir Quraisy yang mengepung Madinah pada saat
itu telah mundur berkat pertolongan Allah melalui para
Malaikat-Nya-red), Jibril 'alaihissalam menjawab: 'Ke sini'. Jibril
'alaihissalam mengisyaratkan ke arah (perkampungan Yahudi) Bani
Quraizhoh (karena mereka telah membatalkan perjanjian secara sepihak,
dengan bersekutu bersama tentara kafir Quraisy dalam mengepung
Madinah-red).
TAQWA YANG PALING AGUNG; SENJATA TERAMPUH MELAWAN YAHUDI
Bentuk
ketaqwaan banyak sekali ragamnya dan bertingkat-tingkat kedudukannya di
sisi Allah. Dari sekian banyak ragam ketaqwaan, taqwa yang paling agung
nilainya di sisi Allah adalah Tauhidullah, yaitu menjadikan Allah
sebagai satu-satunya sesembahan dan tujuan segenap peribadatan hamba
yang disyari'atkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. Dalilnya adalah firman Allah tatkala mensifatkan kesyirikan:
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“…Sungguh kesyirikan merupakan kezhaliman yang teramat besar.” [QS. Luqman: 13]
Kita
tahu bahwa kesyirikan adalah lawan daripada Tauhidullah, dan kezhaliman
adalah lawan daripada ketaqwaan. (Maka mafhum mukholafah-nya adalah)
Jika kesyirikan merupakan bentuk kezhaliman yang besar, maka Tauhidullah
sudah pasti merupakan ketaqwaan yang besar pula.
Jika
demikian halnya, maka harus dipahami oleh seluruh kaum muslimin di
manapun mereka berada, bahwa Tauhidullah adalah senjata terampuh kita
dalam melawan musuh-musuh Islam. Firman Allah adalah bukti mutlak
tentang hal ini:
سَنُلْقِي
فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا
لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَمَأْوَاهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى
الظَّالِمِينَ
“Kami
akan campakkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir, disebabkan
mereka telah berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu yang Allah
sendiri tidak pernah menurunkan keterangan tentangnya. Tempat kembali
mereka adalah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal bagi
orang-orang yang zhalim.” [QS. Ali 'Imran: 151]
Inilah karomah umat Muhammad r yang sebenarnya telah dijanjikan oleh Allah melalui lisan Nabi-Nya:
نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ عَلَى الْعَدُوِّ
“Aku (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam) ditolong (oleh Allah dengan dicampakkannya rasa takut di hati) musuh-musuhku.” [Shahih Muslim no. 523, asy-Syamilah]
Kesyirikan—sebagaimana
ditegaskan dalam ayat tersebut—adalah sumber ketakutan yang sudah
barang tentu melahirkan kelemahan. Allah akan berlepas tangan dan tidak
akan menolong kaum muslimin jika mereka berbuat syirik kepada-Nya.
Kenyataan pahit inilah yang sejak dulu hingga kini menimpa kita kaum
muslimin. Sungguh kesyirikan dan kekufuran telah mewabah di
tengah-tengah kaum muslimin di seluruh dunia tanpa terkecuali, baik
disadari maupun tidak disadari.
Penderitaan kaum muslimin di Palestina bisa kita akhiri bersama dengan taqwa, karena Allah telah berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
“...Barangsiapa bertaqwa, niscaya Allah akan menjadikan baginya jalan keluar.” [QS. ath-Tholaq: 2]
Taqwa adalah hadiah yang bisa diberikan oleh segenap kaum muslimin untuk menolong Palestina, khususnya bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan menolong secara materi maupun fisik. Jangan pernah menyangka bahwa Palestina hanya akan terbebas dari penindasan Yahudi, jika disokong oleh persenjataan dan bantuan materi yang hebat, atau dengan teriakan unjukrasa yang keras. Boleh jadi Allah akan mengangkat penderitaan Palestina, dikarenakan do’a dari seorang hamba-Nya yang bertaqwa, yang bermunajat dan beribadah penuh ketulusan, demi kebaikan muslimin Palestina.
0 komentar:
Posting Komentar