Selasa, 05 Maret 2013

Valentine Kebencian Yang Tertunda



Tuesday, 08 February 2011 23:11 Ustadz Rizki Narendra
oleh Ustadz Rizki Narendra
“Valentine” tampak begitu menawan. Sebuah hari yang tiap tahunnya diperingati sebagai hari proklamasi cinta. Dimata jutaan pasangan, hari yang satu ini begitu sakral, begitu special dan begitu berarti. Bahkan bagi sebagian remaja ber”KTP” (baca: ka-te-pe) islam, hari ini lebih sakral dibandingkan idul fitri. Sebenarnya bukan hanya mereka, sebagiann remaja lainnya yang beragama Nasrani, Konghuchu, Hindu, dan sejenisnya juga banyak yang mensakralkan “valentine” melebihi hari raya mereka.

   Begitulah, setiap hal yang beraroma cinta menempati posisi tertinggi piramida hati. Benar apa kata Ibnu Taimiyah,”cinta dan hasrat merupakan inti setiap gerakan di muka bumi ini”1. Banyak orang yang berhasil menaklukan rasa marah dalam dirinya. Tidak sedikit pula yang mampu mengendalikan rasa sedih. Namun, mustahil kita menemukan makhluk yang bisa melawan rasa cinta.
   Bagi dua insan sejoli, tidak ada momen indah melebihi saat mereka berbagi rasa cinta. Saat dimana lidah masing-masing dihiasi lantunan manis kata sayang. Diiringi air muka bersolekan senyum, tatapan mata penuh kasih, serta rasa rona merah pipi yang menandakan malu namun menyimpan sejuta makna.

   Rasanya, tidak ada cinderamata yang lebih bermakna melebihi bisikan cinta yang mengalun indah hari itu. Bisikan merdu yang menjadi proklamasi dihadapan alam semesta bahwasanya hatinya hanya berlabuh pada dermaga sang kekasih satu-satunya. Saat itu, hadiah apapun yang diberikan akan menjadi kenangan abadi sepanjang hayat. Sesingkat apapun kata sayang seakan menjadi puisi merdu seumur hidup. Euforia hari itu menyulap dunia menjadi surga para pemabuk cinta.

   Sekilas, kehadiran produk impor orang Eropa bermerek “valentine” ini cukup memenuhi aspirasi kawula remaja pendamba cinta. Apapun jenis cinta itu, baik cinta manusia maupun ”cinta monyet”, baik cinta mati maupun cinta setengah mati.

   Red rose, chocolate bar, red heart pillow, cupid doll, bersama dengan symbol-simbol manja sejenisnya memberikan nuansa romantis sepanjang “hari raya impor” itu. Tak mau ketinggalan, roman picisan ala Roma berjudul “Romeo and Juliet” yang diputar oleh stasiun TV ikut ambil bagian dalam menebarkan bius-bius asmara. Kisah asmara asal Italy ini, seolah sudah menjadi “qudwah” alias suri tauladannya orang-orang kasmaran, dan menjadi maskot resmi cinta abadi yang takkan lusuh dimakan zaman.

   Namun, sadarkah kau anak muda…

   Cintamu yang kau ikrarkan tanggal 14 Februari itu, pada hakikatnya merupakan kebencian yang tertunda. Kata-kata manismu di hari itu, suatu saat nanti akan berubah menjadi cacian, makian, dan kutukan. Suatu hari nanti, kau akan menyesal karena telah meneguk manisnya romansa hari itu. Kau akan berharap andaisaja kau tidak pernah mengenal si dia, andaisaja kau menjauhi si dia sejauh timur dan barat.

   Tanggal 14 Februari, kau bisa saja bersumpah dihadapan langit dan bumi bahwa cintamu pada si dia adalah cinta suci, abadi dan takkan lekang sampai mati. Kau juga bisa katakan ribuan kali pada si dia “I love you”, “aku sayang kamu”, “tiada lain selain dirimu”. Tapi ingat, sedalam apapun cintamu padanya pada hari itu, tidak lebih dalam dari rasa bencimu padanya suatu saat nanti. Sebanyak apapun kata sayang yang kau ucapkan hari itu, tidak lebih banyak dari kutukan yang kau lontarkan padanya suatu saat nanti.

   Tahukah engkau kapan datang saat itu…? Saat cintamu berubah menjadi benci…? Saat si dia yang paling kau sayangi berubah menjadi manusia yang paling kau laknati…? Kalau kau mau tahu kapan itu terjadi, simak baik-baik kata-kata suci ini:

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
Artinya: “orang-orang yang mencintai pada hari itu (hari kiamat) saling bermusuhan , kecuali orang-orang yang bertakwa." (Az-Zukhruf: 67)

   Tahukah kau kata-kata siapa yang barusan kau baca tadi diatas…? Pakar psikologi…? Ahli kejiwaaan…? Dukun zodiak…? Atau ramalan jayabaya…?

   Bukan, bukan mereka semua. Itu adalah kata-kata suci Allah ta'ala, Tuhanmu, yang telah menciptakanmu, dan menciptakan dalam dirimu rasa cinta dan kasih sayang sehingga engkau bisa mencintai dan menyayangi si dia. Kalau bukan Dia, tentu kau tidak akan pernah bisa mencintai seorang pun di bumi ini, termasuk dirimu.

   Tuhanmu memberitahu, bahwa pada hari kiamat nanti setiap ikatan cinta dan kasih yang pernah terjalin di dunia ini akan terurai. Semua rasa sayang yang pernah hinggap di hati setiap insan akan menguap. Semuanya… baik itu cinta ibu kepada anaknya, sayang anak kepada orang tuanya, kasih antara dua sejoli. Semua itu akan sirna dan berganti dengan kebencian dan permusuhan. Ibu akan mengutuk anaknya, anak akan melaknat orang tuanya, setiap orang akan mencaci maki habis-habisan kekasih hatinya.

   Kecuali satu golongan… hanya satu… tidak ada golongan kedua… hanya satu golongan yang cinta mereka akan abadi sepanjang masa, yaitu orang-orang yang bertakwa.

   Tahukah kamu siapa itu orang-orang yang bertakwa…?

   Orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang merajut cinta mereka dalam bingkai ketakwaan. Mereka saling mencintai karena Allah ta'ala dan di dalam koridor syariat-Nya. Mereka bukanlah orang yang anti lawan jenis seperti yang kau kira. Mereka insan biasa seperti dirimu, punya rasa cinta, nafsu, keinginan untuk besar terhadap lawan jenis, bahkan mungkin cinta dan nafsu mereka lebih besar dari cinta dan nafsumu. Hanya saja yang membedakan antara kau dengan mereka adalah; cinta mereka tunduk di bawah aturan Sang Pencipta cinta, nafsu mereka terkendali dalam bingkai syariat-Nya. Oleh karena itu, pada hari kebangkitan kelak Allah ta'ala membalas kepatuhan mereka dengan mengabadikan cinta mereka.

   Adapun kau, membangun cintamu dengan si diatas pembangkangan dan kemaksiatan. Tuhanmu melarangmu:

}وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا{
“jangalah kau dekati zina” (Al-Isro’: 32)

   Tapi kau malah asyik bermesraan dengan dengan si dia tanpa ikatan.

   Utusan tuhanmu bersabda:

لا يخلون رجل بامرأة إلا كان ثالثهما الشيطان
“tidaklah seorang lelaki dan perempuan (yang bukan mahram) berdua-duan kecuali syaiton menjadi orang ketiga” (HR. Tirmidzi)

   Tapi kau malah santai berdua-duaan dengan si dia tanpa beban.

Dia juga bersabda:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Siapa yang meniru-niru suatu kaum, maka dia menjadi bagian dari mereka” (HR. Abu Dawud)

   Tapi kau dengan bangga ikut serta memeriahkan acara impor dari eropa itu (Valentine).    Dalam kondisimu semacam ini, masih tersisakah rasa malumu dihadapan Tuhanmu untuk mengatakan bahwa cintamu kepada si dia adalah cinta abadi…?

   Jadi anak muda…

   Kalau kau ingin merasakan cinta abadi, cinta sejati, yang takkan sirna sepanjang zaman, mulailah dari sekarang untuk belajar mencintai Allah ta'ala. Mulai belajar untuk mencintai orang lain karena-Nya semata dan di dalam tuntunan syariat-Nya. Tinggalkan jalinan kasih yang pernah kau rajut bersama dia diluar koridor ajaran-Nya (atau yang biasa kau sebut pacaran). Sadarilah… seberapa besarpun cintamu padanya, suatu hari nanti kau akan membencinya karena kalian menjalin cinta yang haram.

   Kalau memang kau tidak mampu meningalkannya, ya… kau nikahi dia, itu lebih baik bagi kemaslahatan dunia dan akhiratmu.

0 komentar:

Posting Komentar